Senin, 26 April 2021

 Kampung Guru Bogor?

Kampung Urug merupakan salah satu kampung adat yang berlokasi di Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor. Kampung ini merupakan sisa peradaban masa silam yang sampai saat ini nilai tradisinya masih dipertahankan sampai saat ini.

Masyarakat di sini menganggap mereka berasal dari keturunan Prabu Siliwangi, raja kerajaan Pajajaran Jawa Barat. Seorang ahli pernah memeriksa konstruksi bangunan rumah tradisional di Kampung Urug, ia menemukan sambungan kayu tersebut sama dengan sambungan kayu yang terdapat pada salah satu bangunan di Cirebon yang merupakan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Pajajaran.

Kata Urug berasal dari kata "Guru”, dengan membalik cara membacanya. Biasanya dari kiri sekarang dibaca dari sebelah kanan. Kata "Guru" berdasarkan etimologi rakyat atau kirata basa adalah akronim dari digugu ditiru. Jadi seorang guru haruslah "digugu dan "ditiru" yang artinya dipatuhi dan diteladani segala pengajaran dan petuahnya.

Sejarah kampung ini memiliki beberapa versi. Perbedaan tersebut bukan terletak pada siapa dan darimana Ieluhur mereka, akan tetapi terletak pada masalah tujuan atau motivasi yang menjadi penyebab berdirinya Kampung Urug. Bisa nih djadikan tujuan wisata sejarah, supaya bisa mengenal lebih banyak lagi sejarah di Indonesia.

 Cagar Budaya Di Kebun Raya Bogor

Kalo kamu ke Kebun Raya Bogor pernah sadar gak sih ada patung berbentuk sapi yang konon katanya dulu merupakan kendaraan Dewa Siwa? Lokasi Patung Sapi ini tidak jauh dari pintu masuk utamamasuk utama KRB, sekitar ± 30 m sebelah kanan berdekatan dengan salah satu pohon terbesar di KRB yaitu Kayu Raja (Koompasia exselsa).  

Konon, katanya patung Lembu Nandi dan Arca Siwa di Kebun Raya Bogor ini kemungkinan berasal dari abad 8-15. Jadi usia kedua arca ini jauh melebihi umur Kebun Raya Bogor yang baru dibangun tahun 1817. Pada tanggal 7 Mei 2018 situs patung sapi ini telah terdaftar pada Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman dengan status dalam proses verifikasi.

Patung sapi ini berasal dari salah satu kolam kuno di daerah Kotabatu, Ciapus, Bogor yang dipindahkan oleh Dr. Friedrich. Namun, ada versi lain bawah yang memindahkan patung sapi tersebut adalah C. G. C Reinwardt kepala Kepala Kebun Raya Bogor pertama pada tahun 1817.

Setu Yang Sudah ada Sejak Abad ke-19

Danau Setu Cigudeg merupakan salah satu dari sekian banyak setu peninggalan zaman kolonial Belanda. Namun sangat disayangkan, karena kurangnya perhatian dan perawatan, Setu Cigudeg menjadi terbengkalai.

Setu Cigudeg terletak di Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, berjarak 42 km dari kota Bogor ke arah barat. Setu ini berada tepat dipinggir jalan raya yang menghubungkan Kota Bogor dengan kota-kota lain di Kabupaten Banten. Setu dengan luas 1,5 ha ini diperkirakan dibangun masa pemerintahan klonial Belanda sekitar abad ke-19. Setu ini terbentuk karena adanya pembangunan tanggul sepanjang 300m dimana diatasnya dibuat jalan yang menghubungkan Kota Bogor dengan Rangkas Bitung dan Pandeglang.

Dahulu, danau ini dimanfaatkan sebagai irigasi sawah dan pembangkit listrik oleh sebuah pabrik milik pengusaha perkebunan bangsa Belanda yang berada di sekitar Cigudeg. Tahun 1970 air danau Setu Cigudeg masih nampak jernih walaupun

pendangkalan sudahmulai nampak seiring meningkatnya jumlah penduduk disekitarnya. Hingga tahun 1990an, keadaan Setu Cigudeg benar-benar terbengkalai tanpa perawatan.

Pendangkalan yang terus menerus terjadi dari tahun ketahun menyebabkan kedalaman setu ini saat ini hanya mencapai 3m. Saat ini kualitas air setu pun sangat buruk. Sehingga mustahil Setu Cigudeg ini menjadi habitat hidup ikan-ikan. Selain itu, banyak juga bangunan yang didirikan diatas jalan yang melintasi setu ini. 

 Wayang Bambu Khas Bogor Yang Hampir Punah


Wayang khas dari Kota Hujan ini sedikit berbeda dari jenis wayang kebanyakan. Memiliki gerakan yang lincah, badannya naik turun dan tangannya menari-nari mengikuti irama musik karawitan Sunda. Wayang Bambu, begitulah sebutannya. Wayang khas dari kampung Cijahe, Bogor ini termasuk salah satu jenis kesenian yang langka. Pasalnya sudah jarang dijumpai masyarakat yang mengembangkannya.

Wayang biasanya terbuat dari bahan kulit atau kayu. Wayang ini berbahan dasar dari bambu. Lewat pembuatnya yang terampil, bambu disulap dan dibentuk sedemikian rupa menghasilkan karakter-karakter wayang yang unik.

Sebetulnya wayang bambu ini sering dipertunjukkan pada zaman dahulu. Namun kesenian tradisional ini pernah menghilang dan hampir punah. Padahal kesenian wayang bambu merupakan salah satu harta budaya Indonesia yang paling berharga. Berbeda dengan kesenian wayang yang biasanya mengangkat cerita Mahabharata atau Ramayana, uniknya cerita dalam pertunjukan wayang  bambu ini mengangkat kisah kehidupan sehari-hari yang sedang ramai dibicarakan masyarakat.

Uniknya lagi, penggunaan bahasa sunda Bogor  dipilih untuk berkomunikasi dalam pertunjukan wayang bamboo ini. Hal ini merupakan upaya dalam melestarikan dan mengenalkan bahasa Sunda kepada banyak kalangan. Semoga semakin banyak orang yang mengenal wayang bambu. Sehingga salah satu harta budaya Indonesia ini tetap lestari. Wayang bambu, jangan hilang dan punah lagi.

 Stasiun Ciomas Yang Terbengkalai


Stasiun Ciomas/Halte Ciomas merupakan halte kereta api yang terletak di Genteng, Bogor Selatan, Bogor. Berada pada ketinggian +349 meter, halte ini yang letaknya paling selatan di Kota Bogor.  Beroperasi sejak 13 Desember 2008, halte ini melayani pemberhentian kereta api Bogor–Sukabumi, p.p. Dan juga mendukung slot jalur kereta api Bogor–Sukabumi–Cianjur–Bandung yang saat itu masih sedikit layanannya.Oleh karena banyak nya kendala, stasiun ini pun dihentikan operasinya semenjak 15 Desember 2012.

Halte ini juga otomatis dinonaktifkan karena sudah tak lagi melayani kereta api Bumi Geulis. Walaupun telah ada kereta api Pangrango yang melayani rute sama dengan KRD Bumi Geulis, perjalanannya tidak berhenti di halte ini karena terlalu panjangnya rangkaian (peron di halte ini sangat pendek). Halte ini hanya memiliki satu jalur kereta api. Bangunan utamanya kini sudah mangkrak. Terkait pembangunan jalur ganda Bogor Sukabumi, halte ini nantinya akan diaktifkan kembali dan diupgrade menjadi Stasiun Ciomas dengan 3 jalur.

Walaupun telah ada kereta api Pangrango yang melayani rute sama, perjalanannya tidak berhenti di halte ini karena terlalu panjangnya rangkaian atau dengan kata lain, peron di halte ini sangat pendek. Halte ini hanya memiliki satu jalur kereta api. Sekarang bangunan utamanya sudah terbengkalai dan mengkerak.

Senin, 12 April 2021

The Bucketlist Lapangan Basket Kelas Dunia

Lapangan Basket Kelas Dunia Kini Hadir di Bogor, The Bucketlist. Telah resmi beroperasi sejak tanggal 12 Desember 2020, Berada di Jl. R.H. Moh. Tohir No.1, Kel.Tanah Baru, Bogor–16154, Jawa BaratBermula dari sebuah inisiatif seorang pecinta basket asal kota Bogor, Helmy Yusman Santoso. “The Bucketlistadalah tempat yang diharapkan bisa memenuhi kerinduan pecinta basket untuk bermain di lapangan ‘kelas’ dunia, sembari juga menikmati sejarah basket baik nasional maupun international. Dengan slogan “All-Star, All In“, tempat ini ingin menghadirkan one stop basketball experience yang menghadirkan tiga pilihan pengalaman. Mulai dari education, experience, dan entertaiment di bawah satu atap yang sama.

Bukan sekedar lapangan basket kelas dunia dengan standarisasi Federal Basket Internasional (FIBA), The Bucketlist Indonesia juga menghadirkan galeri basket pertama dan terbesar di Indonesia. Di mana area tersebut menampilkan sejarah basket tanah air maupun dunia. Setiap kenangan dan pencapaian penting dari para bintang basket akan selamanya terpampang dan terekam dalam galeri “The Bucketlist”. Bola basket memang tidak pernah hanya sebatas olahraga. Bagi sebagian orang, bola basket sudah menjadi bagian dari hidup mereka. Selain itu, The Bucketlist Indonesia juga menghadirkan beberapa fasilitas lain seperti NCR Sport yang akan memenuhi kebutuhan perlengkapan basket bagi pencinta basket. Ada juga The Bucketlist Kitchen yang akan memanjakan pengunjung dengan berbagai kuliner khas Bogor favorit para wisatawan.

 Lawang Surya Kencana 


Berdiri di depan gerbang utama Kebun Raya, akan terlihat dengan jelas sebuah gerbang berwarna merah bertuliskan “Lawang Suryakencana”. Lengkap dengan ornamen khas Etnis Tionghoa berupa dua patung singa di sisi kiri dan kanannya. Sudah biasa jalanan tersebut ramai oleh pedagang dan pembeli berlalu-lalang. Sejarah memang membentuk kawasan tersebut sebagai kawasan pasar meski sudah dibangun sedemikian rupa rapinya.

Di Bogor, bagian dari jalan tersebut lebih dulu dikenal sebagai sebuah pusat perekonomian kota yang diberi nama Handelstraat, cikal bakal dari Jalan Suryakencana. Dalam pembangunannyan, jalan ini membunuh ribuan masyarakat pribumi yang diperintah sebagai kuli murah dan dipekerjakan secara keji dan paksa.

 

Dahulu, bagian utara dari kawasan ini adalah sebuah pasar yang bernama Pasar Baroe atau Pasar Bogor sebagai pasar tertua di Kota Bogor. Pasar ini juga dilengkapi dengan kelenteng Hok Tek Bio (Vihara Dhanagun) sebagai kelenteng dengan unsur perniagaan yang kental. Sayangnya, tempat yang dulunya merupakan bangunan pasar dirubah menjadi Plaza Bogor sehingga bagian pasar tradisional berpindah ke bagian belakang gedung. Dimulai pada tahun 1950, nama Handelstraat diubah namanya menjadi Suryakencana oleh pemerintah Kota Bogor dan karena perubahan nama itulah mengapa kawasan ini lebih dikenal sebagai Kawasan Pecinan Suryakencana.

 

Di sepanjang jalan Suryakencana lah tersimpan berbagai nilai peninggalan sejarah dan budaya yang besar, khususnya pada nilai pluralisme kawasan yang tergabung atas kebudayaan Sunda dari masyarakat lokal juga Tionghoa sebagai para pendatang. Dengan  memperlihatkan nilai tersebut pada sebuah bangunan gerbang khas masyarakat Tionghoa yang diberi nama Gerbang Lawang Suryakencana. Gerbang ini menjadi penanda pintu masuk menuju Kawasan Pecinan atau yang biasa disebut sebagai Kampung Tionghoa. Ini merupakan sebuah kota pusaka yang menyimpan berbagai aset warisan sejarah dan budaya nasional. Uniknya, Gerbang Lawang Suryakencana mengadopsi berbagai kebudayaan dari masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Terpasang juga sebuah penanda yang digantungkan berupa sebuah papan yang bertuliskan nama kawasan beserta lokasi yang diadopsi dari kebudayaan sekitar. Tulisan Lawang Suryakencana merupakan nama dari kawasan Kampung Tionghoa, Suryakencana.

Budaya Cucurak

Cucurak sudah menjadi budaya bagi warga Bogor setiap menjelang Ramadhan. Cucurak merupakan suatu kegiatan berkumpul dan kakan bersama warga kampung, keluarga, atau teman. Tradisi ini masih bertahan hingga sekarang. Cucurak berasal dari kata “curak-curak” dalam Bahasa Sunda memiliki arti senang-senang. Dalam adat Sunda, cucurak lebih sering dilakukan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Tidak hanya itu, cucurak juga dilakukan untuk menjalin silaturahmi dan saling memaafkan antar masyarakat atau kerabat. Cucurak merupakan salah satu cara untuk menjaga kerukunan antar masyarakat.

Kegiatan cucurak bermaksud dengan mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT, karena telah memberikan kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan Ramadhan. Biasanya menu makanan yang ada saat cucurakn adalah menu makanan yang sederhana, dan disajikan diatas beberapa daun pisang yang disusun memanjang, dan dinikmati dengan bersama-sama secara lesehan atau duduk dibawah.

 Lawang Salapan


Lawang Salapan atau Tepas Salapan Mlawang Dasakreta yang dalam bahasa Indonesia berarti Teras Sembilan Pintu 'Dasakreta'. Terletak di Jl. Raya Pajajaran Bogor, Jawa Barat. Bangunan berwarna putih tersebut berbentuk sepuluh pilar yang menyangga tembok bertuliskan “Di Nu Kiwari Ngancik Nu Bihari Seja Ayeuna Sampeureun Jaga” yang memiliki arti “Di Saat Ini Ternyata Para Bihari Seja Sekarang Siap Untuk Menjaga”, pada bagian bawah tiang terdapat unsur daun bunga teratai yang melambangkan Nusantara.

Kesepuluh pilar itu membentuk lawang atau bukaan yang berjumlah sembilan/salapan. Bukaan tersebut menegaskan ciri-ciri asli Bogor yang bersifat terbuka dan memiliki banyak daerah. Tepas Salapan Lawang Dasakreta atau TSLD didesain dengan sarat makna sejarah terutama sebagai peninggalan pusaka kota. Sepuluh tiang yang menjadi penopangnya itu melambangkan DASAKRETA yaitu sebuah konsep yang diabadikan dalam naskah kuna Pakuan Pajajaran. Dasakreta akan mengingatkan setiap manusia mengenai sepuluh hal yang harus dijaga kebersihannya secara jasmani maupun rohani.

Kesepuluh tiang-tiang tersebut menghadirkan sembilan lawang yang melambangkan sembilan titik pintu yang ada pada raga manusia serta menjadi penghubung bagian tubuh manusia dengan penciptanya. Dengan menjaga 10 bagian dalam raga maka kesembilan aspek kesejahteraan akan terwujud atau dalam arti lain akan membuka pintu kesejahteraan. Selain itu, lawang tersebut juga menyiratkan sikap rendah hati.

Sebuah sikap yang senantiasa "NGALAWANGAN' atau mempersilakan siapapun untuk masuk ke kota Bogor. Sikap itu pula yang terabadikan dalam toponimi Kota Bogor seperti Lawang Gintung, Lawang Saketeng, Lawang Suryakencana, dan sebagainya.

Lawang Salapan tentu dapat menjadi penguat kehadiran Tugu Kujang sebagai simbol Kota. Sekaligus menjadi penghubung antara Tugu Kujang dengan kawasan Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor. Pada kedua sisinya terdapat dua buah gazebo berbentuk rotunda yang menggambarkan hubungan harmonis antara manusia dengan alam.

Sepuluh tiang tersebut menyangga tembok putih panjang bertuliskan 'Di nu kiwari ngancik nu bihari, seja ayeuna sampeureun jaga' yang akan mengingatkan semua orang tentang moto KOTA BOGOR yang berati: 'segala hal di masa kini adalah pusaka masa silam, dan ikhtiar hari ini adalah untuk masa depan'

Senin, 29 Maret 2021

 Kampung Labirin Bogor


Apa yang muncul di pikiran kamu kalau dengar kata "Labirin"? Jalanan kecil yang rumit? Bisa bikin tersesat? Susah cari jalan keluar? Pusing? Eits, gak semua labirin kayak gitu, lho. Kalian bakal dapet sensasi yang beda kalo main di Kampung Labirin satu ini. Tempat ini bisa di jadikan salah satu tempat berwisata diakhir pekan.

Kampung Labirin yang berada di Kampung Kebon Jukut, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah merupakan salah satu kampung wisata tematik yang berada di Kota Bogor. Alih-alih pusing berada di tengah perkampungan dengan gang-gang kecil yang berkelok, dijamin kamu bakal asik berswafoto atau jajan kuliner di sana karena setiap gang yang ada di sana telah dipercantik.

Kampung Labirin mengusung konsep festival, sehingga kunjungan tidak mengganggu aktivitas warga setiap harinya. Saat festival berlangsung, banyak pertunjukan yang disuguhkan mulai dari marawis, kesenian komunitas anak jalanan, kelompok bermain anak, pojok refleksi anak, tarian Sunda, hingga destinasi pengenalan ciri pangsi khas Sunda. Selain itu juga terdapat kuliner-kuliner khas Bogor yang dapat kamu nikmati. Untuk melakukan transaksi di Kampung Labirin, kalian harus menggunakan uang Acis yang disediakan di sana.

 Rumah Kapiten Tan


Kalau ke Bogor kamu pernah liat bangunan ini gak? Kalau lagi jalan-jalan di daerah Jalan Suryakencana, coba deh perhatiin bangunan di pinggiran jalan. Berjarak kurang lebih dari 500 m dari Lawang Suryakencana,kalian bakal liat bangunan ini.

Bangunan ini sudah berdiri sejak abad ke-19. Dulunya gedung ini merupakan tempat tinggal seorang pria bernama Tan Goan Piauw yang hidup antara tahun 1835-1889. Pria ini lah yang di kenal sebagai Kapiten Tan.  Bangunan ini menjadi salah satu cagar budaya Bogor peninggalan zaman pemerintahan Hindia Belanda. Jabatan kapiten disini bukan pangkat ketentaraan. Gelar ini merupakan gelar yang disandang oleh para petinggi atau orang terpandang pada masa itu. Keluarga Tan sendiri memang terkenal sebagai keluarga yang cukup berpengaruh di wilayah tersebut pada masa itu.

Bangunan ini terlihat klasik dan mencerminkan adanya perpaduan dari gaya arsitektur Timur dan Eropa, yang dikenal dengan arsitektur Indis. Gaya bangunan ini memang lazim di masa tersebut. Walaupun terlihat dari luar seperti sudah tidak berpenghuni, menurut keterangan ternyata rumah ini masih ditempati oleh keturunannya. Kalau lewat Suryakencana, coba cari gedung ini ya. Bisa juga berhenti sejenak buat foto-foto..

 Coffe Shop Baru Di Bogor


Emang gak bakal ada abisnya kalau ngomongin soal coffee shop, kali ini ada coffee shop baru yang di Bogor, yaitu Friday By Games. Berlokasi di JL. Letjen Ibrahim Adjie No.8 dan masih satu kawasan dengan daerah Laladon Bogor. Buka setiap hari 09.00 AM – 21.00 PM.

Sekilas coffee shop ini mengusung konsep Scandinavian Minimalis, terlihat dari dominan warna putih pada dinding dan jendelanya, kemudian bagian dalamnya dikelilingi oleh tanaman-tanaman hias yang hijau, sesuai dengan slogannya yaitu “Coffee, Plants & Eatery”, membuat kalian semakin nyaman dan sejuk nongkrong disini.

Banyak varian menu yang disediakan disini, mulai dari menu Kopi, non kopi, cemilan dan makanan besar semua tersedia disini. Range harga kalian cukup merogoh kocek mulai dari 17k sampai 40k, masih terjangkau dan worth it banget!  Fasilitas lainnya banyak, tersedia juga parkiran mobil & motor yang luas banget tentunya.

Tan Ek Tjoan Roti Yang Melegenda



Bagi kamu si pecinta roti, kamu pasti bakal menyukai roti yang sangat melegenda ini. Roti yang terletak Bogor. Menurut laman blog historia.id, TAN EK TJOAN adalah salah satu merek roti tertua di Indonesia. Pendirinya, yang namanya dijadikan merek produk, Tan Ek Tjoan, adalah seorang pemuda keturunan Tionghoa. Dia merintis usaha ini di daerah Surya Kencana, Bogor pada 1921. Sejak saat itu usahanya berkembang cepat. Merk roti ini begitu populer bagi warga Jakarta dan Bogor. Ciri khasnya: roti bertekstur keras.

Bung Hatta termasuk yang pernah mencicipinya. Pernah suatu ketika, seperti dikisahkan Mangil Martowidjojo dalam Kesaksian Tentang Bung Karno, dalam perjalanan dari Jakarta menuju Megamendung, Bung Hatta berhenti di depan Toko Roti Tan Ek Tjoan di Bogor. Alih-alih masuk, dia menyuruh Sardi, pengawal Bung Karno, untuk beli roti. Dia memberikan uang Rp5. Sardi pun membeli roti seharga Rp3,75. Bung Hatta lalu melahapnya.

Tan Ek Tjoan bersama istrinya, Phoa Lin Nio, memulai usaha roti di rumahnya yang sederhana namun cukup luas di Bogor. Sejatinya sang istrilah yang pandai membuat roti, sedang Tan pandai berbisnis. Kombinasi yang sempurna.

Dulunya, toko roti Tan Ek Tjoan ini berada di Jl. Suryakencana. Namun karena sepi, kini tokonya berpindah ke Siliwangi.  Tidak hanya di Bogor, penjualan roti Tan Ek Tjoan juga merambah ke daerah lain seperti Cikini, Tangerang, Ciputat, Cinere, dan juga Bekasi. Dengan menggunakan jasa gerobak yang menjual secara keliling, bisnis ini pun semakin berkembang dan berjaya. Buat kalian yang pengen nostalgia atau yang belum pernah nyobain, kalian bisa banget lho datengin langsung ke lokasinya.

Senin, 22 Maret 2021

Kue Yang Mengintip Khas Sunda



(pict via google)

Siapa yang tau jajanan pasar yang satu ini? Atau mungkin pernah lihat dan makan tapi gak tau namanya apa? Sekarang kita kenalan yuk sama kue khas Sunda yang satu ini, namanya Kue Putri Noong.

Gak cuma namanya yang unik tapi warna dan rasa sangat enak. Putri Noong memiliki arti “putri yang mengintip”,  mengapa dibilang mengintip? Karena ketika kue itu dipotong, pisang yang ada diselimuti adonan singkong itu terlihat. Kaya ngintip keluar gitu.

Kue Putri Noong dibuat dari bahan baku berupa singkong parut dan pisang yang kemudian penyajiannya ditaburi parutan kelapa. Teksturnya yang lembut, agak kenyal dan pisangnya yang empuk serta rasanya yang legit dan manis, bisa jadi temen ngeteh atau ngopi. Awas ketagihan ssat mencobanya.

Soto Mie Bogor Kuliner Yang Mudah Ditemui


Siapa sih yang gak tau soto? Kuliner yang sangat mudah ditemui hampir disetiap trotoar jalanan. Selain itu ada banyak varian soto yang ada, salah satunya adalah Soto Mie.

Soto Mie yang berasal dari Bogor ini mempunyai kuah yang berbeda dari soto pada umumnya, yang bening atau pakai santan, kuah Soto Mie Bogor terlihat berwarna kemerahan yang timbul dari campuran cabai merah dalam bumbunya. Belum lagi campuran daging sapi, kikil, usus, urat, babat, risol, kentang dan yang lainnya belum lagi jika ditambah oleh sambal, bikin Soto Mie Khas Bogor ini banyak dikangenin dan juga banyak disukai orang.

Sebetulnya Soto Mie menggunakan dua jenis mie, yakni mie putih dan kuning. Namun, rasa soto yang menggunakan mie kuning lebih gurih dibandingkan dengan soto yang menggunakan mie putih. Jadi, Soto Mie Bogor yang mana yang jadi favorit mu?

Gedung Blenong Kota Bogor

(pict via google.com)

Blenong dalam bahasa Sunda artinya adalah botak, karena seperti kubah bangunan ini mirip dengan bagian kepala yang botak atau gundul. Terletak di sudut pertemuan jalan Jalak Haruoat dan Jalan Salak Bogor, seperti kubus berdinding beton seperti sebuah benteng dengan bentuk kubah seperti menara pengawas terlihat di atapnya. Bangunan ini sekarang digunakan sebagai kantor Badan Pertanahan Nasional ternyata masuk menjadi salah satu cagar budaya di Kota Bogor.

Bangunan ini mulai dibangun pada tahun 1870, sebelum pemerintah Hindia Belanda melakukan pengembangan wilayah Kedoeng Halang. Selesai dibangun pada tahun 1887, lalu dipergunakan pertama kali sebagai rumah dinas sebuah perusahaan Belanda. Gedung Blenong beberapa kali berpindah tangan dan berubah fungsinya, mulai dari tentara Jepang hingga menjadi asrama tentara, asrama polisi, bahkan sempat ditempati oleh adik dari Kapten Pierre Tendean.

 Mengapa Bogor Dijuluki Kota Hujan?

Salah satu alasan Bogor dijuluki “kota hujan” adalah karena Bogor adalah kota yang paling sering diguyur hujan dibandingkan daerah lain. Bahkan, ketika puncak musim kemarau terjadi di Indonesia, Bogor tetap sering diguyur hujan. Udara paling sejuk di Bogor 21,8 derajat celcius. Sehingga membuat kawasan Bogor sering dilanda hujan orografi (hujan yang terjadi di daerah pegunungan).

Musim kemrarau di Bogor terjadi pada bulan Juli sampai September dengan suhu rata-rata 30-32 derajat celcius. Namun, ketika musim kemarau pun Bogor masih tetap di guyur hujan. Bogor adalah kota  yang curah hujannya masih tinggi, namun bukan yang tertinggi di dunia maupun di Indonesia.  Karena dikelilingi oleh banyak pegunungan dan sebaran hutan yang banyak  serta luas,  membuat pembentukan awan mudah terjadi karena angin dan suhu pegunungan yang dikin juga mendukung terjadinya pembentukan awan dalam proses hidrologi.

Senin, 15 Maret 2021

 Kampung Budaya Sindang Sarang


Kampung Sindang Barang diyakini sudah ada sejak abad ke-XII. Merunut latar belakang sejarahnya, terpapar dalam Babat Pajajaran dan tertulis juga dalam pantun Bogor, Sindang Barang diyakini sebagai kerajaan bawahan Prabu Siliwangi dengan Kutabarang sebagai ibukotanya. Selain itu, Sindang Barang adalah keraton tempat tinggal salah satu isteri dari prabu Siliwangi yang bernama Dewi Kentring Manik Mayang Sunda. Berlatar sejarah tersebut, kini Sindang Barang menjelma menjadi kampung budaya yang bertekad meneruskan kearifan lokal dari akar tradisi leluhur mereka.

Panggung pementasan menjadi bagian yang sangat penting dari Kampung Budaya Sindang Barang. Berbagai kesenian asli Sunda seperti kesenian calung, berbagai tari tradisional, hingga angklung gubrag menjadi hiburan menarik yang selalu dipentaskan di kampung budaya ini. Menariknya, di atas panggung selalu tersedia satu set gamelan tatalu yang bisa dimainkan oleh para tamu yang datang.

Di Kampung budaya Sindang Barang terdapat bermacam-macam kesenian Sunda yang telah direvitalisasi dan dilestarikan oleh para penduduknya sejak dahulu. Menyambangi Kampung Budaya Sindang Barang seperti menemukan jejak kasepuhan Sunda yang telah lama hilang. Pemandangan indah dan udara sejuk khas pegunungan di kaki Gunung Salak menjadi daya tarik lainnya.

 Prasasti Pasir Awi Yang Hampir Dilupakan


Prasasti Pasir Awi adalah prasasti peninggalan kerjaan tertua di barat Pulau Jawa. Prasasti ini telah ditetapkan menjadi Benda Cagar Budaya peringkat nasional. Lokasi prasasti ini berada di perbukitan, tepatnya di sebelah selatan bukit Pasir Awi  (± 559 mdpl) di kawasan hutan di perbukitan Cipamingkis Kabupaten Bogor. Akses untuk menuju ke prasasti ini harus melewati jalan berbatuan dengan medan yang cukup menyulitkan kendaraan yang melaluinya. Selain jalan berbatu, setelahnya dihadapkan dengan undakan anak tangga yang cukup curam.

Sejarah dari prasasti ini tidak banyak diungkap. Namun keberadaannya telah diketahui sejak tahun 1864, prasasti ini ditemukan pertama kali oleh seorang arkeolog asal Belanda, bernama N.W. Hoepermans. S. Pada prasasti ini terdapat pahatan sepasang tapak kaki yang menghadap ke arah utara dan timur. Pahatan serupa juga ditemukan di Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Pasir Jambu yang terletak di Kecamatan Cibungbulan dan Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Pahatan tapak kaki tersebut dianggap sebagai tapak kaki milik Sri Purnawarman raja dari Kerajaan Taruma atau Tarumanegara. Kerajaan ini pernah berjaya pada abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi.

Prasasti Pasir Awi seakan tersisihkan. Tidak seperti keempat prasasti peninggalan Tarumanagara lainnya. Akses jalan menuju lokasi cukup memprihatinkan. Jalanan berbatu dengan pepohonan rindang dan semak belukar yang seperti anyaman alam di sisi-sisinya memberikan kesan lain. Saat melewatinya seperti sedang menaiki gunung yang sunyi. Tidak ada fasilitas dapat ditemuai, tidak ada pula petunjuk ke arah peninggalan bersejarah ini. Prasasti Pasir Awi pun akhirnya jarang dilirik oleh wisatawan. Padahal prasasti ini memiliki nilai penting bagi ilmu pengetahuan, pendidikan dan kebudayaan.

Gunung Tapi Bukan Gunung

Seperti yang kita ketahui gunung adalah salah satu bentuk alam dengan ukuran yang besar dan identik dengan pucuk diatasnya. Namun, ternyata ada gunung tapi ternyata setelah dilihat bentuknya tidak sesuai dengan namanya. Apa saja kah itu?

1. Gunung Gadung

Gunung gadung merupakan Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang berlokasi di Jalan Raya Cipaku, Bogor Selatan, Kota Bogor. Pemakaman ini termasuk pemakaman yang sangat luas. Bahkan juga disebut sebagai salah satu area pemakaman yang terluas di Indonesia.  Luas total dari TPU yang satu ini mencapai 120 hektar. Tentunya sangat berbeda dengan TPU lainnya yang ada di Bogor yang biasanya berkisar beberapa hektar atau belasan hektar saja. Namun menurut pengelola, hanya 36 hektar saja yang dikelola oleh pemerintah setempat. Sedangkan 84 hektar lainnya dimiliki oleh swasta dan pribadi. Lokasi pemakaman ini juga dikelilingi oleh pemukiman warga. 

2. Gunung Batu

Tempat ini bukan batu yang menggunung atau gunung yang membatu. Gunung Batu merupakan salah satu nama jalan yang berada di  bagian barat Kota Bogor. Wilayah Kelurahan Gunung Batu merupakan bagian dari 16 Kelurahan yang ada di Kecamatan Bogor Barat dengan kondisi Wilayah yang sangat Heterogen dan padat oleh pemukiman penduduk yang dekat dengan keramaian kota yaitu dengan adanya Pasar Purbasari.

3. Gunung Kapur

Gunung Kapur merupakan kolam pemnadian air panas yang dikenal dengan nama Tirta Sanita yang berada di daerah Ciseeng, Kabupaten Bogor. Gunung Kapur  merupakan tempat terbaik melepas penat. Kandungan belerang pada air panasnya mampu mengobati penyakit kulit dan sejenisnya. Air panasnya juga mampu merelaksasikan pikiran yang penat usai melakukan segudang rutinitasDi Gunung Kapur, para wisatawan yang datang tidak saja disuguhkan dengan keindahan alamnya semata. Tapi yang paling menarik adalah  keberadaan Taman Pemandian Air Panas Tirta Sanita.

x

Buah Yang Identik Dengan Kota Bogor


1. Buah Kemang

Kemang adalah pohon buah yang masih sejenis dengan buah mangga, dengan memilki bau yang harus dan juga rasa masam manis. Pohon dan buah kemang memiliki ciri-ciri yang serupa dengan binjai, tetapi memiliki beberapa perbedaan.

Seperti binjai, kemang ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan setelah buah itu matang atau bisa dijadikan es campur. Buah kemang muda sangat disukai untuk dijadikan bahan rujak. Begitu juga dengan bijinya, yang dalam keadaan segar diiris-iris dan dimakan dengan dibumbui oleh kecap. Daun kemang yang masih muda bisa digunakan untuk lalap dan sering dihidangkan dirumah makan Sunda.

Kemang menyebar secara alami di Sumatra, Kalimantan dan Semenanjung Malaya, dan banyak juga dibudidayakan di daerah Jawa bagian barat, terutama Bogor. Karena ini lah buah kemang identik dengan Kota Bogor.


2. Buah Bisbul

Bisbul adalah buah yang berkerabat dengan kesemek dan kayu hitam. Dengan ukuran 5-12 x 8-10 cm, berbulu halus seperti beludru, cokelat kemerahan kemudian merah terang dan agak kusam apabila matang, dengan topi yang berasal dari kelopak bungan yang tidak rontok. Daging buah berwarna keputihan, agak keras dan padat, agak kering, memiliki rasa yang manis namun agak sepat dan berbau harum. Dengan memiliki bau keras agak mirip keju dan durian, bagi sebagian orang terasa memualkan, bahkan adal juga yang mengatakan baunya mirip dengan kotoran kucing. Bisbul tumbuh dengan baik di daerah tropika beriklim muson, pada berbagai jenis tanah sampai dengan ketinggian 800 m dpl. Di Filipina, bisbul berbuah antara Juni-September; namun di Bogor buah dapat dipetik antara Maret-Mei. Pohon ini terutama ditanam untuk buahnya, yang dapat dimakan segar atau sebagai campuran minuman dan rujak.

3. Buah Alkesa

Nama buah alkesa mungkin agak asing di telinga kita. Selain disebut alkesa, di beberapa daerah menyebutnya sebagai sawo mentega, sawo ubi, sawo belanda, alkesah atau kanistel. Dari berbagai penamaannya, disebut juga sawo ubi karena daging buahnya berwarna serupa dengan ubi. Ukuran dan bentuk buah alkesa sangat bervariasi, tergantung dari kultivarnya. Kultivar yang baik akan menghasilkan ukuran buah yang lebih besar, agak lonjong dengan kulit yang berkilau. Tekstur kulitnya hampir sama seperti paprika kuning. Berat satu buahnya dapat mencapai 400 gram.

Daging buahnya agak pucat dan liat. Namun kultivar yang baik memiliki tekstur yang lebih seperti cream atau mousse. Rasa dagingnya manis dan gurih, mengingatkan pada krim telur atau egg custard. Di dalam daging buah bisa terdapat 1 sampai 6 buah biji berukuran besar dan berwarna coklat. Buah alkesa memiliki aroma harum dan manis yang samar-samar, tidak terlalu kuat, misalnya seperti aroma pada buah mangga

4. Buah Pala

Buah pala merupakan  salah satu jenis reampah yang memiliki rasa hangat, sedikit pedas, beraroma harum dan manis. Daging buahnya sendiri memiliki tekstur agak keras dan berwarna keputih-putihan, bergetah, serta punya rasa yang kelat. Buah pala yang matang ditunjukan dengan buah yang agak terbuka membuat biji pala yang berwarna coklat akan terlihat.

Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi pala pada tahun 2008 saja tercatat luas areal tanaman pala sekitar 4049 hektar dengan produksi 778 ton dan rata-rata produktivitas tanaman 359 kg/hektar dimana angka tersebut lebih tinggi dibanding produktivitas tanaman pala nasional. Kabupaten Sukabumi dan Bogor merupakan wilayah dengan produksi pala terbesar di Jawa Barat. Selain itu, di Jawa Barat pula telah banyak industri pengolahan pala yang lebih berkembang pesat dibanding daerah lainnya, diantaranya adalah minyak atsiri dan manisan pala


Senin, 01 Maret 2021

 Profil Bakriyadi Arifin

Bakriyadi Arifin adalah sorang pelawak yang lahir di BukittinggiSumatra BaratIndonesia tanggal 18 Februari 1993, sekarang ia telah berumur 28 tahun. Bakri, begitu ia kerap disapa, ia mudah dikenali dengan memiliki tubuh yang kecil dan juga wajahnya yang unik. Meskipun ia lahir di Sumatra Barat tepatnya di Bukittinggi, namanya justru lebih dikenal di Bogor karena di sanalah ia berkarier sebagai pelawak tunggal atau komika. Bakri adalah salah satu komika binaan komunitas Stand Up Indo Bogor sejak tahun 2013, komunitas yang juga banyak melahirkan komika kelas nasional. Bakri pertama kali dikenal ketika membawa komunitasnya, Stand Up Indo Bogor tampil di Liga Komunitas Stand Up yang diadakan oleh Kompas TV pada tahun 2014.

Keluarga Bakri berasal dari Matur, Agam, Sumatra Barat. Tidak lama setelah kelahirannya, Bakri bersama keluarganya pindah ke Bogor dan berdomisili di sana hingga sekarang. Bakri juga diketahui kuliah di salah satu kampus swasta di Bogor, yaitu BSI Bogor untuk jurusan D3 akuntansi komputer. Bakri kemudian mulai mengenal stand up comedy dan ikut bergabung dengan komunitas Stand Up Indo Bogor di awal tahun 2013, dan menjadi salah satu komika yang paling aktif open mic di komunitas. Tidak hanya itu, di kampusnya ia juga ikut bergabung dengan komunitas stand up comedy di kampusnya dan sering mengisi berbagai acara.

Pada tahun 2014, Bakri mengikuti ajang Street Comedy IV yang diadakan oleh Stand Up Indo dan menampilkan komika-komika berbakat di seluruh Indonesia, tetapi sayangnya ia belum berhasil lolos ke putaran final. Usahanya berbuah ketika di akhir tahun 2014, Bakri bersama tiga komika Bogor lainnya mewakili komunitas Stand up Bodor Indonesia di ajang kompetisi Liga Komunitas Stand Up (LKS) yang diadakan oleh Kompas TV.

Di LKS, Bakri menunjukkan ciri khasnya yang menonjol ketika membawakan materi komedi di samping karakteristiknya yang gampang dikenali yaitu bertubuh kecil serta berwajah unik. Bakri membawakan materi komedi seperti seorang anak kecil yang baru bisa bercerita, yaitu dengan tempo yang datar didukung dengan intonasi yang tepat di setiap pemilihan katanya, sehingga terkesan seperti hafalan namun membuat keunikan tersendiri dan juga dapat mengundang tawa penonton. Didukung dengan  mukanya yang unik dan terlihat polos ketika tampil menjadi faktor tambahan yang juga mengundang tawa dari penonton selain gaya materi komedinya tersebut. Bakri dan rekan-rekannya berhasil menembus semifinal LKS setelah menyingkirkan tim yang lainnya.

Pada tahun 2015, Bakri untuk pertama kalinya bermain di film layar lebar. Bakri bermain di film karya Ernest Prakasa, karya sang komika yang juga merupakan seorang komika nasional. Di film itu, Bakri berperan sebagai salah satu anak geng yang membully Ernest, di mana ia tetap menggunakan nama Bakri sebagai nama perannya. Pasca bermain film, nama Bakri perlahan mulai menghilang di samping ia tetap rutin berlatih open mic bersama komunitasnya. Akhirnya ia kembali muncul pada tahun 2018 dengan mengikuti audisi Stand Up Comedy Indonesia season 8 (SUCI 8) yang diadakan Kompas TV di Jakarta, dan berhasil lolos sebagai salah satu dari 15 finalis terpilih untuk berkompetisi di SUCI 8.